Wanita Paling "Mematikan" Di Dunia..!! Ia dijuluki ilmuwan wanita paling mematikan, karena
memproduksi senjata biologi yang cukup untuk membunuh seluruh penduduk di muka
bumi, lebih dari dua kali..! Inilah salah satu alasan utama yang mendorong
Amerika Serikat mengobarkan perang dengan Irak.
Jangan-jangan Amerika berperang dengan Irak hanya
untuk melenyapkan satu wanita ini, demikian spekulasi sejumlah pihak. Julukan
yang diberikan pada Dr. Rihab Taha (47) memang seram "Dr. Kuman"
alias "Dr. Germ", "The World Deadliest Woman", "Bug
Lady". Dialah, ilmuwan yang memimpin program senjata biologi Irak, yang
oleh Amerika disebut-sebut sebagai "wanita paling berbahaya di
dunia".
Dr. Rihab Taha, yang dikenal oleh tim pengawas senjata
PBB sebagai "Dr Germ", karena pekerjaannya yang mengerikan di bidang
senjata biologi. Amerika dan sekutunya bahkan menganggap ilmuwan wanita ini
sebagai ancaman terbesar sejak berakhirnya perang dingin. Ancaman yang harus
dilenyapkan dengan taruhan apa pun.
Kisah tentang "Dr Germ" ini berawal pada
1979, ketika Taha berangkat ke Inggris untuk belajar di bidang plant toxins. Ia
akhirnya meraih gelar PhD dari the University Of East Anglia di Norwich, dimana
ia belajar biologi secara serius, dan terfokus pada bidang penularan penyakit. Banyak kalangan di Inggris --tempat dimana Dr. Taha
mendapatkan keahliannya-- terkejut ketika ia kemudian menjadi ancaman bagi
seluruh penduduk di Bumi. "Ini sama seperti ketika mendapati anak
perempuan kita melakukan sesuatu yang mengerikan," kata Dr. John Turner,
mantan pimpinan the university’s biology departement, yang pernah mengajar Dr.
Taha selama 4 tahun.
"Melihat apa yang dilakukan Taha sekarang, sangat
mengejutkan saya. Dari semua mahasiswa yang pernah saya didik, dialah orang
terakhir yang saya duga mampu melakukan hal-hal mengerikan seperti itu"
lanjut Dr. Turner.
Teman-teman sekelasnya menyetujui pendapat tersebut.
Tak seorang pun percaya, teman mereka yang dulu sangat pendiam, dan pemalu di
kampus, sanggup melakukan hal yang sangat mengerikan. Tetapi, salah seorang
anggota tim pengawas senjata PBB berujar Dr. Taha, jenis orang yang sangat ahli
dalam bertipu muslihat, kesan pemalu itu hanya kedok dari kepribadiannya yang
sesungguhnya.
"Kalau melihat sepintas, dia sosok yang
sederhana, tidak banyak lagak. Tak seorang pun mengira dia adalah pimpinan
program senjata kuman Irak," kata Dr. David Huxsoll, yang pertama kali
memimpin Tim Inspeksi Senjata PBB, setelah Perang Teluk 1991.
Entah benar, entah tidak, ketika Tim Pengawas Senjata
PBB mengajukan sejumlah pertanyaan, Dr. Taha yang sangat lembut hati dan tulus
itu, pada saat yang sama bisa meledak dalam kemarahan, berteriak-teriak dan
melempar kursi. Namun, Tim PBB yang terlibat dalam kejadian tersebut, berujar
itu hanyalah taktik Dr. Taha untuk mengacaukan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.
Namun, dari pemeriksaan lanjutan, kisah mengerikan
"Dr. Germ" mulai terbuka. Menurut para penyelidik, sesudah Dr. Taha
kembali ke Irak, Saddam Hussein segera memerintahkannya memimpin program
pengembangan senjata kuman. Program ini sengaja dikembangkan untuk menghadapi
musuh-musuh pemerintah Irak. Senjata ini, sanggup membunuh jutaan manusia,
tanpa perlu pengetahun teknis tinggi, dan biaya sangat mahal, seperti halnya
mengembangkan bom atom.
Misi ini mendapat dukungan sepenuhnya dari pemerintah
Irak. Senjata ini, menurut rencana digunakan untuk mengambil alih negara-negara
seperti Kuwait, dan mengganyang musuh-musuh di dalam negeri. Saddam, bahkan
dikabarkan, pernah menghukum mati empat ilmuwan sebelumnya, karena mereka tidak
membuat kemajuan berarti dalam pengembangan senjata biologi.
Laboratorium rahasia di Salman Pak dikabarkan menjadi
tempat paling mengerikan. Di sanalah Dr. Taha dan timnya --terdiri dari 100
ilmuwan Irak-- mengembangkan senjata kuman dan bakteri yang paling mematikan.
Senjata yang sanggup memusnahkan setiap manusia di muka bumi.
Informasi tersebut disampaikan mantan pimpinan Tim
Pengawas Senjata Biologi PBB, Richard Spertzel. Menurut perkiraan PBB, Dr. Taha
mengembangkan 8400 liter antrax –yang cukup untuk memusnahkan seluruh penduduk
dunia barat—dan senjata biologi jenis lain. Ia bekerja selama 10 tahun, untuk
membuat cadangan senjata biologi terbesar di dunia, di luar Uni Sovyet (sebelum
terpecah).
Ia juga membuat 19.000 liter botulinum, racun yang
menyebabkan lidah membengkak dan membuat korbannya mati lemas. Dr. Taha juga
memproduksi 2000 liter aflatoxin, yang mampu menghancurkan sistem kekebalan
tubuh manusia dan mengakibatkan pertumbuhan kanker secara cepat.
Selain itu, Dr. Taha juga mengembangkan ganggren, yang
sanggup membuat kulit manusia mencair dan mengelupas. Ibu dari seorang anak
perempuan berusia delapan tahun ini juga memproduksi virus yang bisa membunuh
bayi-bayi, setelah mereka menderita mencret yang parah.
Tim Inspeksi Senjata PBB pertama, juga menemukan
videotapes Dr. Taha yang merekam uji coba senjata kuman terhadap binatang.
Tetapi, gambar-gambar yang memperlihatkan bintang-binatang itu menggeliat
kesakitan di dalam kotak kaca, tidak pernah dirilis. Namun, Tim Inspeksi PBB yakin,
Dr. Taha bertanggungjawab atas kekejian lain yang lebih besar.
Ada bukti-bukti kuat, "Dr. Germ" juga
mengadakan eksperimen senjata biologi terhadap manusia. Merujuk laporan pihak
militer Israel, Dr. Taha mengamati dengan aman dibalik sekat yang tebal, ketika
jamur mematikan, bakteri dan virus-virus buatannya diuji cobakan kepada para
tahanan perang Irak, yang diikat di tempat tidur. Fasilitas uji coba tersebut
berada di bawah tanah di daerah Al Hakam.
Dr. Rihab Taha
Dalam eksperimen di alam terbuka, sekelompok manusia,
terdiri dari 12 tahanan Irak diikat pada sebuah tonggak, dekat perbatasan Irak
dan Saudi Arabia. Tak lama kemudian bakteri antrax diledakkan ke udara, hanya
beberapa yard jaraknya dari mereka. Para tahanan ini, diberi helm pengaman
untuk menghindarkan mereka dari pecahan peluru meriam, sehingga efek dari
bakteri dan kuman bisa dimonitor dengan baik. Semua tahanan tersebut meninggal
beberapa hari kemudian, akibat penyakit mematikan.
Tim Pengawas PBB, juga menduga "Dr. Germ"
dengan sengaja menyebarkan penyakit tertentu diantara para tahanan Irak, untuk
mengamati efek dari senjata biologi bila digunakan dalam perang. Para tahanan
tersebut banyak yang menderita kebutaan, pendarahan mata, deman "Crimen
Congo", camel pox dan penyakit mengerikan dimana mereka mati
perlahan-lahan, karena kehilangan darah melalui luka-luka terbuka di kulitnya.
Sayangnya, pemerintah Irak tidak memberikan akses
kepada Tim Pengawas Senjata PBB untuk mengunjungi Abu Gharib, sebuah penjara di
dekat Baghdad. Pemerintah Irak seolah menutupi eksperimen senjata biologi yang
sangat mengerikan terhadap manusia.
Raymond Zilimskas, mantan analis senjata kuman di the
Arms Control and Disarmament Agency mengatakan, "Di Irak kemungkinan besar
terjadi aktivitas uji coba menjijikkan, termasuk eksperimen tidak bermoral terhadap
bintang dan manusia."
Peristiwa horor di Irak tersebut terbuka ketika
menantu Saddam Hussein, Letjen Hussein Kamal Hassan, yang memimpin program
senjata rahasia Irak melarikan diri ke Jordania pada Agustus tahun 1995. Ia
mengakui negerinya memiliki senjata pembunuh massal berupa rudal berhulu ledak
kuman. Pernyataan ini, memaksa Irak --untuk pertama kalinya-- mengakui bahwa
program senjata biologisnya telah memasuki tingkat produksi untuk tujuan militer.
Di antara pengakuan Irak adalah memasang bakteri biologi pada 166 bom dan 25
rudal balistik tipe "Al Hussein".
Hussein Kamal pula yang memaparkan bagaimana "Dr.
Germ" bekerja di laboratoriumnya. Pernyataan Kamal tentang Dr. Taha yang
digambarkannya bersuara sangat lembut itu, akhirnya memicu penyelidikan lebih
intensif yang kemudian membuka eksperimen mengerikan yang dilakukan ilmuwan
tamatan Inggris itu.
Ketika Tim Pengawas PBB sempat mengkonfrontasi Dr.
Taha dengan bukti-bukti yang cukup kuat, ilmuwan ini mengatakan sangat bangga
terhadap negaranya, juga terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Bahkan dengan
antusias ia mengatakan bahwa kecuali menerbarkan penyakit, ia juga menemukan
obat mujarab bagi penyakit-penyakit mengerikan itu.
"Ia malah tidak ragu-ragu menampilkan diri
sebagai otak dibalik senjata biologi Irak. Ia seolah tidak merasakan kecemasan
dunia atas perilaku buruknya," kata seorang mantan anggota Tim Pengawas
Senjata PBB di Irak.
Sejauh ini, pemerintah Irak tidak mau bekerjasama.
Bahkan ketika diajukan enam laporan berbeda soal bukti-bukti adanya program
pengembangan senjata biologi di negaranya, Irak membantah semua laporan itu,
dan menyebutnya sebagai kebohongan.
Ketika Tim Pengawas Senjata PBB melakukan
penggerebekan di sejumlah tempat yang diduga sebagai laboratorium senjata
biologi, mereka setiap kali menemukan gudang kosong yang tampaknya baru saja
dibersihkan secara terburu-buru, dengan dokumen-dokumen yang masih terbakar di
tempat sampah. "Dr. Germ" dan timnya, agaknya selalu selangkah di depan
tim inspeksi senjata PBB.
Rumor yang beredar menyebutkan, "Dr. Germ"
yang cerdik ini adalah istri simpanan Letjen Amer Rashid, pejabat militer Irak
yang ditugaskan bekerjasama dengan Tim Pengawas Senjata PBB. Itulah sebabnya
Rashid dengan mudah bisa memperingatkan "Dr. Germ" akan adanya
penggerebekan dan memberinya cukup waktu untuk memusnahkan bukti-bukti. Selama
bertahun-tahun, tim PBB mencoba menemukan bukti-bukti kuat keberadaan senjata
biologi mengerikan di Irak, tapi semuanya gagal.
Ada keyakinan lain, cadangan anthrax dalam jumlah
besar ini selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain di Irak. Persediaan
senjata biologi ini disimpan dalam truk yang dilengkapi instalasi pendingin,
dan dikawal secara langsung oleh pengawal-pengawal setia Saddam Hussein.
Suatu saat, Tim Pengawas Senjata PBB pernah ditahan
beberapa jam oleh serdadu Irak sebelum mereka diijinkan memasuki daerah
tertentu. Ketika akhirnya mereka diijinkan masuk, mereka menemukan laboratorium
dalam keadaan kosong, dan kelihatannya baru saja dibersihkan secara
terburu-buru.
Setelah Tim Inspeksi Senjata PBB pertama keluar dari
Irak pada 1997, keadaan semakin buruk. Saddam Hussein dikabarkan melumpuhkan
semua kamera pengawas dan menyembunyikan semua peralatan produksinya.
Mantan pimpinan Tim Pengawas Senjata Biologi PBB
Richard Spertzel, mengatakan seandainya tidak ada senjata biologi tersisa
sedikit pun di Irak saat ini, tetapi hanya dengan mengubah sejumlah komponen di
pabrik obat yang memproduksi antibiotok, Irak mampu memproduksi anthrax dalam
jumlah sangat besar.
Banyak orang khawatir, dalam empat tahun belakangan
--setelah Tim Inspeksi Senjata PBB pertama meninggalkan Irak-- cukup memberi
waktu bagi Irak memproduksi lebih banyak lagi senjata biologi ketimbang yang
dimiliki sebelumnya. Diperkirakan, Irak saat ini memiliki persediaan 17 ton
anthrax.
Pada akhirnya, Amerika Serikat mungkin berperang hanya
untuk melenyapkan satu wanita saja, dialah Dr. Rihab Taha, "Dr.
Germ", atau si "Bug Lady", sebab dialah otak dibalik semua senjata
biologi Irak yang mengerikan ini..!
Wanita Paling "Mematikan" Di Dunia..!!
sumber: cnn/bbc news