Randang Padang Memang Top !
Randang Padang Memang Top ! Survei CNN yang diikuti lebih dari 35.000 orang dari seluruh dunia melalui situs jejaring Facebook
menobatkan randang (Rendang) sebagai makanan paling lezat di muka bumi.
Jagad kuliner Indonesia dan Ranah Minangkabau khususnya pantas
berbangga hati karena Kuliner Rendang masuk kategori terlezat di dunia (World’s 50 most delicious foods).
Selama ini kuliner merupakan salah satu senjata efektif untuk meningkatkan brand
dan promosi bagi sebuah Negara . Sebut saja kreatifitas racikan tangan
dari berbagai negara yang sudah familiar ditengah masyarakat kita,
seperti masakan dan minuman anggur dari Perancis, Pizza dari Italia, Ice
Cream dari Amerika, Kebab dari Turki, Sushi dari Jepang, Roti Cane dari
India, dan kuliner Negara lainnya yang menyatu dengan simbol negara
asalnya. Bukan hanya makanannya, bahkan budaya sajian kulinernya pun
sudah masuk dan menukar ranah tradisi budaya tradisonal kita, seperti
acara jamuan makan ala Perancis atau yang dikenal dengan hidangan
Perancis.
Akan halnya dengan rilis CNN tentang makanan terlezat di dunia ini,
bagi daerah asalnya Ranah Minangkabau, apakah momentum ini dapat
dimanfaatkan untuk mendatangkan keberkahan dan peluang kesejahteraan
lewat launching CNN dengan topik kuliner terlezatnya yang dibaca oleh
seluruh warga dunia yang menempatkan Randang sebagai juaranya ?
Filosofi Randang
Melesatnya randang sebagai kampiun kuliner terlezat di dunia tentu tidak terlepas dari citarasanya sendiri yang memang tidak bisa disangkal lagi aroma dan kelezatan rasanya bagi lidah siapa saja yang mengecapnya, baik orang Indonesia maupun orang luar negeri. Dan bahkan Mc Donald sebuah simbol tradisi kuliner abad modernaisasi saat ini juga sudah menjadikan randang sebagai menu jualannya disamping menu ayam goreng yang selama ini semata mata diperdagangkannya.
Melesatnya randang sebagai kampiun kuliner terlezat di dunia tentu tidak terlepas dari citarasanya sendiri yang memang tidak bisa disangkal lagi aroma dan kelezatan rasanya bagi lidah siapa saja yang mengecapnya, baik orang Indonesia maupun orang luar negeri. Dan bahkan Mc Donald sebuah simbol tradisi kuliner abad modernaisasi saat ini juga sudah menjadikan randang sebagai menu jualannya disamping menu ayam goreng yang selama ini semata mata diperdagangkannya.
Randang hadir menjadi kuliner spesifik masyarakat Ranah Minang
tidaklah karena dipoles atau hasil permakasi dari rempah-rempah yang
dicampur zat kimia yang saat ini merajai lidah-lidah generasi abad maya.
Randang hadir dari eksprimen nenek moyang yang beribu tahun yang lalu
dengan trial and error nya sampai menghasilkan rasa randang terlezat
yang kita rasakan saat ini, murni dari olahan bahan-bahan alami yang
tumbuh di daerah tropis.
Artinya pengakuan dunia internasional terhadap randang bukanlah
karena dibuat-buat, karena dipoles/dipermak, karena zat kimia, tetapi
randang diakui murni karena kualitas citarasanya yang dibikin lewat
tradisi turun-temurun yang dipilih dari daging yang segar, takaran
bumbunya harus seimbang dan proses memasaknya harus dengan jiwa yang
tekun dan sabar. Padahal kalau dilihat dari segi bentuk dan warnanya
randang persis tidak memiliki nilai estetika yang penuh warna warni
untuk mengundang selera sama sekali, randang kalau disajikan diatas
piring atau belanga hanya berupa tumpukan potongan daging yang
berlumeran dengan kuah santan yang sudah membeku dengan warna hitam
legam, tetapi randang menjadi idaman ketika aromanya menusuk hidung dan
daging serta dedaknya melekat diujung lidah.
Oleh sebab kualitas aroma dan cita rasa randang yang sangat menendang
itulah dia menjadi makanan yang sangat begengsi disetiap rumah, randang
merupakan kapten bagi menu-menu masakan lainnya di Rumah Makan Padang.
Randang juga merupakan sajiaan utama bagi perayaan atau acara seremonial
di Minangkabau maupun bagi perantaunya, apakah acara pergelaran adat,
acara kenduri perkawinan, acara keagamaan, Hari Raya Idul Fitri, dan
sebagainya. Sebuah fenomena rutinitas tahunan menarik akan tersaji saat
kegiatan Hari Raya Idul Adha dimana sepanjang jalan di nagari yang ada
di Sumatera Barat yang dimukimi oleh penduduk, aroma randang sahut
menyahut mendesir diudara menyapa kerongkongan.
Dari kualitas dan konsistensi yang selalu dipelihara inilah randang
menunjukkan eksistensi diri dan citranya. Dia hadir permanen dalam
dirinya, dia tidak muncul mendadak sebagaimana fenomena demokrasi
seremonial , prosedural dan struktural yang mendominasi wajah bangsa
kita pasca euphoria reformasi, dimana banyak politisi dadakan yang
menjadi terkenal kerena dipermak lewat iklan dan baliho yang dipasang
besar-besaran disepanjang jalan, pengakuan kelezatan randang bukanlah
akibat popularitas yang didongkrak dengan menyewa lembaga survey,
dikarbit lewat dagang politik yang masak diperam. Randang menjadi
popular tidak melalui kamuflase pembungkusnya yang dibuat wah dan
bergensi dengan balutan kopiah, dasi, lipstik dan jasnya atau bak
seperti produk-produk imitasi yang dipajang di etalase mal-mal mewah.
Randang popular memang karena kualitas rasanya.
Untuk itu bagi yang ingin mendapat pengakuan dan bermanfaat bagi masyarakat dalam mengaktualisasikan diri dimedan pengabdian masyarakat, pakailah filosofi Randang. Tingkatkan kualitas dan kapasitas diri, peliharalah integritas dan moralitas, tegakkan komitmen dan konsistensi. Lambat laun kepopuleran dan pengakuannya akan datang langsung dari masyarakat, seperti Randang.
Randang popular memang karena kualitas rasanya.
Untuk itu bagi yang ingin mendapat pengakuan dan bermanfaat bagi masyarakat dalam mengaktualisasikan diri dimedan pengabdian masyarakat, pakailah filosofi Randang. Tingkatkan kualitas dan kapasitas diri, peliharalah integritas dan moralitas, tegakkan komitmen dan konsistensi. Lambat laun kepopuleran dan pengakuannya akan datang langsung dari masyarakat, seperti Randang.
Peluang Randang
Kekayaan khazanah kuliner dan budaya Minangkabau tentu tidak hanya
berhenti sampai di randang, banyak bidang lainnya yang belum terangkat
ketingkat pencapaian setinggi prestasi randang, sebenarnya nasi goreng
dan sate yang pada survey CNN berada di urutan 2 dan 14 pada hakikatnya
juga adalah masakan dari Sumatera Barat yang sudah familiar selama ini.
Jika diidentifikasi dan dieksplorasi lebih jauh, banyak sekali
warisan khazanah budaya dan peninggalan leluhur yang bernilai tinggi di
Ranah Minang. Sebut saja Arsitektur rumah gadangnya yang bernuansa
elegan, eksotik dan unik, hukum adatnya yang spesifik dengan harmonisasi
antara adat dan agama, garis keturunan matrilinial yang menjadi kajian
dari berbagai penjuru dunia, keseniannya yang memukau dan mendayu, ada ;
rabab, saluang, talempong, randai, tari piriang, dan sebagainya. Tokoh
Negara, pujangga, cendikiawan, diplomat, ulama banyak lahir dari daerah
ini, sehingga menjadi kajian tersendiri dihati para peneliti. Kulinernya
yang lezat dan bercita rasa tinggi selain randang, ada dendeng, palai,
gulai banak, ikan bilih dan sebagainya dengan berbagai variasi menu dan
masakannya. Begitu juga disegi makanan ringan, sebut saja, dakak-dakak,
kerupuk jangek, lamang tapai, kerupuk sanjai yang sudah menjadi produksi
berskala menengah dan sebagainya.
Semua asset tangible dan intangible Ranah Minang tersebut, jika
dikelola dengan seksama dan profesional tidak saja akan mengangkat nama
harum dan kepopuleran Minangkabau dipentas dunia, tetapi akan merambat
ke ranah peningkatan kesejahteraan masyarakat dari berbagai jasa yang
akan dilahirkan.
Karena itu kita tunggu sepak terjang pimpinan daerah, politisi,
birokrasi, akademisi, pelaku usaha dan berbagai profesi lainnya untuk
menangkap momentum juaranya randang sebagai makanan terlezat di planet
bumi ini, Pemerintah Daerah diharapkan dapat memanfaatkan promosi daerah
dan pariwisata gratis ini menjadi sebuah peluang dalam percepatan
pembangunan daerah sehingga mendatangkan manfaat yang bermaslahat dan
kesejahteraan bagi masyarakat Ranah Minang.
Jangan sampai rumah makan Mc Donald, KFC, dan sejenisnya lebih terkenal
masakan randangnya dari pada Rumah Makan Padang. Jangan sampai
pengusaha asal Afrika yang berdomisili di Minangkabau lebih menikmati
limpahan rezeki karena mampu mengemas randang dengan lebih apik.
Selamat memakan dan memaknai filsafat randang…
Randang Padang Memang Top !