Inilah Bedanya Piala Eropa 2012 Dan Perkara Hukum Di Indonesia
Inilah Bedanya Piala Eropa 2012 Dan Perkara Hukum Di Indonesia Piala Eropa 2012 sudah mendekat. Ada enam belas
negara yang siap bertarung memperebutkan dua jatah final. Nantinya [pasti] ada
tangis dan kekecewaan ketika tim jagoan tersisih, misalnya Italy, Inggris, Spanyol.
Semoga, kekhusyu’an kita tidak akan terusik (para penikmat sepakbola, yang
bukan penikmat pasti tidak) dengan munculnya kasus-kasus hukum yang serba geje
di negeri ini.
Kenapa terusik, karena pemberitaan media massa
cetak/elektronik/internet jadi serba terbagi-bagi konsentrasi seperti tidak ada
fokus. Kenapa geje, karena perkara-perkara hukum yang mencuat itu sering kali
hanya meledak sesaat lalu tidak jelas juntrungannya.
Inilah bedanya Piala Eropa 2012 dan perkara-perkara hukum di negeri ini.
Di Piala Eropa, selalu ada agenda yang jelas
tentang kapan mulainya, kapan berakhirnya. Tim yang turun bertanding jelas
komposisi pemainnya dan ofisial serta pendukungnya. Siapa yang menang dan kalah
akan segera ketahuan karena jam tandingnya sudah ditentukan secara baku tinggal
diikuti prosedurnya. Pertandingan juga selalu dipimpin oleh wasit yang jelas,
dibantu asisten wasit yang tidak kalah jelasnya. Jikapun para wasit yang
notabene penegak hukum itu melakukan kesalahan dalam mengadili pertandingan,
maka akan ada sanksi yang jelas dari FIFA, seperti yang menimpa wasit-wasit
yang jelas-jelas melakukan kekeliruan.
Saat kita membaca koran, atau media berita
online, di jajaran berita terkini pasti kita temukan kabar terbaru dari Piala Eropa,
bersaing dengan kasus Miranda, Proyek Hambalang dan masih banyak kasus lainnya.
Media tentu saja memang bertugas menyampaikan berita agar masyarakat tahu apa
yang terjadi. Kita pun tentu menyempatkan diri membaca berita demi mengikuti
perkembangan situasi. Nah dari sini pula kita mendapatkan kejelasan dari piala
Eropa.
Jelas dan kejelasan, itu yang tidak ada di
kasus-kasus hukum yang hadir hanya turut meramaikan pemberitaan media. Tidak
jelas wasitnya siapa, kapan mulai dan berakhirnya, yang mana pendukungnya,
pencetak golnya siapa, dan yang paling parah: kapan dan bagaimana berakhirnya.
Mungkin, mereka yang hobi bersengketa di media
itu harus belajar sepakbola dulu sebelum jadi politisi. Dianjurkan sepakbola
tingkat dunia lho ya, bukan sepakbola ala PSSI yang sama gak jelasnya dengan
kasus-kasus tadi.
0 komentar:
Post a Comment